Judul
Buku : Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tempat dan
Tahun Terbit : Jakarta,2010
Tebal : 264 halaman ; 20 cm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tempat dan
Tahun Terbit : Jakarta,2010
Tebal : 264 halaman ; 20 cm
Tere Liye yang sudah menghasilkan
kurang lebih 14 novel menyebarkan pemahaman bahwa hidup ini sederhana. Tere
Liye membuat sebuah novel yang selalu menyentuh hati para pembacanya seperti
pada novelnya yang berjudul (Hafalan Sholat Delisa 2008), yang menceritakan tentang
kisah seorang gadis kecil berumur 6 tahun yang menjadi korban tsunami di Aceh
tahun 2004. Kemudian pada tahun 2010, dia menciptakan novel ini yang
menceritakan kehidupan gadis yang berhasil menjadi sukses. Seperti di
novel-novel lainnya, Tere Liye menyajikan kisah keluarga dan cinta serta alur
yang maju-mundur.
Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Tania yang berumur 23 tahun dan di novel ini dia menjadi ‘aku’. Tokoh lainnya Dede (adik Tania), ibu, Danar (di dalam berperan menjadi ‘seseorang/dia’), Kak Ratna (istri Kak Danar), dan pemeran figuran lainnya. Setting cerita berawal di lantai dua sebuah toko buku di Kota Depok. Di sana,Tania menceritakan kisah hidupnya selama sepuluh tahun terakhir mulai pukul 20.00 – 21.00 kemudian pukul 21.00 – 21.17 dia keluar dari toko buku menuju tempat yang bersejarah baginya hingga dia akhirnya dia dapat menyelesaikan teka-teki kehidupan.
Tania, seorang gadis yang masa
kecilnya pernah menjadi pengamen jalanan. Namun dia ditolong oleh seseorang
yang merupakan malaikatnya dan membuat dia menjadi berhasil. Tania pada saat
mengamen tinggal bersama ibu dan adiknya di sebuah rumah kardus. Dia mengamen
bersama adiknya karena ayahnya sudah meninggal 3 tahun sebelumnya. Dia dan
adiknya tidak bersekolah. Pada suatu hari, dia dan adiknya bertemu seseorang di
dalam bis . Seseorang itu menolong Tania ketika tertusuk paku. Seseorang itu
merupakan awal mula kehidupan baik Tania dan keluarganya setelah dulu pernah
hidup berkecukupan ketika ayahnya masih hidup. Tania menjadikan seseorang
tersebut sebagai malaikatnya. Tania berusaha untuk selalu menuruti ucapannya.
Pada saat kebahagiaan itu berlangsung,
ibu Tania ternyata terkena kanker paru-paru stadium IV yang membuat ibu Tania
meninggal. Tania diberi pesan terakhir oleh ibunya untuk tidak menangis dan
selalu tabah, tegar, serta membanggakan. Setelah kepergian ibunya, Tania
berhasil menjadi anak yang berpretasi di Singapura atas beasiswa dari ASEAN Scholarship yang diberikan kepadanya.
Pendidikannya dari SMP hingga kuliah dia laksanakan di Singapura dan dia
memberikan prestasi yang memuaskan yaitu selalu menjadi peringkat pertama sejak
SMA karena di SMP dia berada di posisi kedua. Tania juga bekerja di Singapura. Sedangkan
adiknya menjadi laki-laki yang tak kalah pintar dengan kakaknya tersebut. Dia
hobi sekali bermain lego. Kak Danar yang memberikan masa depan yang baik bagi
Tania dan adiknya juga menjadi orang yang sukses di pekerjaannya saja dan dia
belum sukses di dalam percintaannya. Kak Danar sempat mengecewakan Tania
setelah pernikahan yang dilakukannya dengan Kak Ratna yang merupakan kekasih
Kak Danar. Setelah Kak Danar mengetahui bahwa Tania membeci pernikahan
tersebut, dia putuskan untuk merenungi perbuatan yang telah dia lakukan kepada
Tania yang merupakan bagian penting dalam hidupnya.
Pada akhir cerita, kesedihan yang
tidak berlangsung lama menutup cerita ini karena Tania berjuang untuk bangkit.
Keberhasilan Tania di pendidikan dan pekerjaan tidak diakhiri dengan percintaan
yang baik hingga dia memutuskan untuk meneruskan kegiatannya di Singapura dan
tidak pernah kembali. Kak Danar pun terlihat cukup kecewa, apalagi istrinya
yang sedang hamil empat bulan pulang ke rumah keluarganya di Bogor. Bagi Tania
sesuatu yang diinginkannya mungkin akan dia temukan esok lusa.
Novel ini memiliki kelebihan yaitu
memberikan pengalaman hidup yang berkesan bagi kita untuk selalu rajin belajar
(“Belajarlah yang rajin Tania!”,aku bersumpah untuk melakukannya.),berjuang,
dan berkerja keras dalam hidup ini. Kisah pada novel ini cocok bagi para remaja
putra dan putri untuk mengetahui bagaimana seorang yang awalnya terlihat buruk
dapat menjadi sukses di masa depan. Memang terdapat juga kisah cinta di novel
ini yang berkesan bagi kita karena isinya memberikan pesan dan kesan bagi
pembacanya untuk dapat belajar dari pengalaman yang diberikan oleh penulis
novel. Kekurangan dari novel ini yaitu
ending yang masih terlihat belum selesai
dan ingin untuk diketahui lanjutannnya.
Kita dapat memaknai judul novel ini
yaitu ‘Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin’ yang berarti kita diibaratkan
sebagai daun kering yang kemudian jatuh dan kita tidak boleh membenci angin
yang menerpa kita, karena angin tersebut dapat membawa kita menuju tempat yang
bagi kita adalah hal yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar