Sabtu, 23 Februari 2013

RESENSI NOVEL : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Judul Buku    : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang      : Tere Liye
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
Tempat dan
Tahun Terbit : Jakarta,2010
Tebal              : 264 halaman ; 20 cm


                Tere Liye yang sudah menghasilkan kurang lebih 14 novel menyebarkan pemahaman bahwa hidup ini sederhana. Tere Liye membuat sebuah novel yang selalu menyentuh hati para pembacanya seperti pada novelnya yang berjudul (Hafalan Sholat Delisa 2008), yang menceritakan tentang kisah seorang gadis kecil berumur 6 tahun yang menjadi korban tsunami di Aceh tahun 2004. Kemudian pada tahun 2010, dia menciptakan novel ini yang menceritakan kehidupan gadis yang berhasil menjadi sukses. Seperti di novel-novel lainnya, Tere Liye menyajikan kisah keluarga dan cinta serta alur yang maju-mundur.

            Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Tania yang berumur 23 tahun dan di novel ini dia menjadi ‘aku’. Tokoh lainnya Dede (adik Tania), ibu, Danar (di dalam berperan menjadi ‘seseorang/dia’), Kak Ratna (istri Kak Danar), dan pemeran figuran lainnya. Setting cerita berawal di lantai dua sebuah toko buku di Kota Depok. Di sana,Tania menceritakan kisah hidupnya selama sepuluh tahun terakhir mulai pukul 20.00 – 21.00 kemudian pukul 21.00 – 21.17  dia keluar dari toko buku menuju tempat yang bersejarah baginya hingga dia akhirnya dia dapat menyelesaikan teka-teki kehidupan.
Tania, seorang gadis yang masa kecilnya pernah menjadi pengamen jalanan. Namun dia ditolong oleh seseorang yang merupakan malaikatnya dan membuat dia menjadi berhasil. Tania pada saat mengamen tinggal bersama ibu dan adiknya di sebuah rumah kardus. Dia mengamen bersama adiknya karena ayahnya sudah meninggal 3 tahun sebelumnya. Dia dan adiknya tidak bersekolah. Pada suatu hari, dia dan adiknya bertemu seseorang di dalam bis . Seseorang itu menolong Tania ketika tertusuk paku. Seseorang itu merupakan awal mula kehidupan baik Tania dan keluarganya setelah dulu pernah hidup berkecukupan ketika ayahnya masih hidup. Tania menjadikan seseorang tersebut sebagai malaikatnya. Tania berusaha untuk selalu menuruti ucapannya.
Pada saat kebahagiaan itu berlangsung, ibu Tania ternyata terkena kanker paru-paru stadium IV yang membuat ibu Tania meninggal. Tania diberi pesan terakhir oleh ibunya untuk tidak menangis dan selalu tabah, tegar, serta membanggakan. Setelah kepergian ibunya, Tania berhasil menjadi anak yang berpretasi di Singapura atas beasiswa dari ASEAN Scholarship yang diberikan kepadanya. Pendidikannya dari SMP hingga kuliah dia laksanakan di Singapura dan dia memberikan prestasi yang memuaskan yaitu selalu menjadi peringkat pertama sejak SMA karena di SMP dia berada di posisi kedua. Tania juga bekerja di Singapura. Sedangkan adiknya menjadi laki-laki yang tak kalah pintar dengan kakaknya tersebut. Dia hobi sekali bermain lego. Kak Danar yang memberikan masa depan yang baik bagi Tania dan adiknya juga menjadi orang yang sukses di pekerjaannya saja dan dia belum sukses di dalam percintaannya. Kak Danar sempat mengecewakan Tania setelah pernikahan yang dilakukannya dengan Kak Ratna yang merupakan kekasih Kak Danar. Setelah Kak Danar mengetahui bahwa Tania membeci pernikahan tersebut, dia putuskan untuk merenungi perbuatan yang telah dia lakukan kepada Tania yang merupakan bagian penting dalam hidupnya.
Pada akhir cerita, kesedihan yang tidak berlangsung lama menutup cerita ini karena Tania berjuang untuk bangkit. Keberhasilan Tania di pendidikan dan pekerjaan tidak diakhiri dengan percintaan yang baik hingga dia memutuskan untuk meneruskan kegiatannya di Singapura dan tidak pernah kembali. Kak Danar pun terlihat cukup kecewa, apalagi istrinya yang sedang hamil empat bulan pulang ke rumah keluarganya di Bogor. Bagi Tania sesuatu yang diinginkannya mungkin akan dia temukan esok lusa.
Novel ini memiliki kelebihan yaitu memberikan pengalaman hidup yang berkesan bagi kita untuk selalu rajin belajar (“Belajarlah yang rajin Tania!”,aku bersumpah untuk melakukannya.),berjuang, dan berkerja keras dalam hidup ini. Kisah pada novel ini cocok bagi para remaja putra dan putri untuk mengetahui bagaimana seorang yang awalnya terlihat buruk dapat menjadi sukses di masa depan. Memang terdapat juga kisah cinta di novel ini yang berkesan bagi kita karena isinya memberikan pesan dan kesan bagi pembacanya untuk dapat belajar dari pengalaman yang diberikan oleh penulis novel.    Kekurangan dari novel ini yaitu ending yang masih terlihat belum selesai dan ingin untuk diketahui lanjutannnya.
Kita dapat memaknai judul novel ini yaitu ‘Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin’ yang berarti kita diibaratkan sebagai daun kering yang kemudian jatuh dan kita tidak boleh membenci angin yang menerpa kita, karena angin tersebut dapat membawa kita menuju tempat yang bagi kita adalah hal yang lebih baik.
  

0 komentar:

Posting Komentar

Hak Cipta 2011 Dilindungi oleh Fauzi. Diberdayakan oleh Blogger.